Bomomani,
Uskup Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Mgr.
Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, Pr melakukan kunjungan kerja di Paroki St Maria
Menerima Kabar Gembira, Bomomani, Dekanat Kamu-Mapiha, Keuskupan Timika,
Provinsi Papua, Sabtu (31/1/15).
Informasi yang diterima sumber melatih
menulis beritah di Bomomani sore tadi mengabarkan, Uskup KAJ beserta
rombongan tiba di Bomomani sekitar pukul 16:00 waktu setempat dari Nabire.
Guyuran hujan sore tadi tidak menjadi halangan
bagi umat Paroki Bomomani yang telah menunggu sejak siang untuk menyambut
rombongan Uskup dengan tarian adat Pegunungan Mapiha.
Dikabarkan, umat setempat telah menyiapkan
payung tradisional, koba-koba atau dalam bahasa setempat disebut Akage
bagi Uskup untuk menadah hujan. Di sana, banyak payung, tetapi umat ingin Uskup
merasakan bagaimana menggunakan payung tradisional orang Papua, khususnya orang
Pegunungan Mapiha.
Mengapa Uskup KAJ ke Bomomani?
Bomomani adalah wilayah misi Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) walaupun ia masuk dalam keuskupan Timika. Kehadiran para imam misionaris diosesan di sana untuk memberi inspirasi rohani, ekonomi, kesehatan, serta pendidikan.
Kehadiran misi KAJ tentu atas permintaan Keuskupan Timika, Papua. KAJ menanggapi tawaran Uskup Timika dengan landasan semangat solidaritas untuk berbagi dalam kesatuan dengan Gereja Universal.
Keuskupan
terdiri dari 30 paroki lebih tetapi kekurangan imam untuk memberi inspirasi
rohani, ekonomi, kesehatan, serta pendidikan. Karena itulah, KAJ memulai karya
di Paroki St Maria Menerima Kabar Gembira, Bomomani.
Paroki ini terdapat 2.158 jiwa. Ia terbagi dalam tujuh stasi yang tersebar di Kecamatan Mapiha, Kabupaten Dogiyai. Wilayah ini sulit dijangkau. Jalan menuju tempat ini sejauh 185 km dari Nabire.
Paroki ini terdapat 2.158 jiwa. Ia terbagi dalam tujuh stasi yang tersebar di Kecamatan Mapiha, Kabupaten Dogiyai. Wilayah ini sulit dijangkau. Jalan menuju tempat ini sejauh 185 km dari Nabire.
Tantangan dihadapi Misionaris KAJ di Bomomani,
bukan saja menyangkut keterbatasan fasilitas, tetapi juga kondisi masyarakat
pedalaman yang masih minim dalam berbusana dan sederhana dalam berpikir. Namun,
di sisi lain, fasilitas dalam budaya modern itu sendiri juga membawa dampak
bagi kehidupan masyarakat tradisional suku Mee.
Beragam persoalan sosial, seperti perjudian
kartu, togel, mabuk minuman keras, mencium lem aibon, hingga HIV AIDS yang
merangsek pelosok Papua menjadi tantangan tersendiri dalam berpastoral.
Seperti
dirilis hidupkatolik.com, edisi Jumat, 22 Agustus 2014, misi KAJ di
tanah Papua sudah dimulai sejak 2004, ketika Uskup Agung Jakarta waktu itu,
Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, mengutus RD Ferdinand untuk menggembala di
paroki ini (2004-2011). Setelah itu, menyusul RD Michael Wisnu Agung Pribadi
yang berkarya pada 2010-2013. Kini, Mgr I. Suharyo tetap melanjutkan karya ini
dengan mengirim RD Yustinus Kesaryanto sejak 2011.
Selain Romo Kesaryanto, KAJ juga mengutus RD
F.X. Suherman, sebagai Pastor Rekan sejak September 2013. Sejak 2011, Seminari
Tinggi KAJ juga mengirimkan para frater dan diakon untuk membantu pelayanan
pastoral di paroki ini. Mereka yang pernah diutus adalah Fr Purboyo Diaz, Fr
Bonifasius Lumintang, Diakon Reynaldo Antony dan Diakon Lukcy.
Pada Misa Krisma, Kamis Putih, 17/4, Uskup Agung Jakarta juga mengumumkan tugas perutusan RD Paulus Dwi Hardianto, imam yang ditahbiskan pada 22 Agustus 2013, ke Bomomani.
Pada Misa Krisma, Kamis Putih, 17/4, Uskup Agung Jakarta juga mengumumkan tugas perutusan RD Paulus Dwi Hardianto, imam yang ditahbiskan pada 22 Agustus 2013, ke Bomomani.
Misionaris KAJ di Keuskupan Timika tidaklah berjalan sendiri, namun bergerak bersama umat KAJ maupun Keuskupan Timika. Ada sejumlah sukarelawan yang membantu karya misi ini, antara lain Antonius Wahyu yang sudah bertugas pada 2008-2012.
Di samping itu, ada pula sukarelawan dari
Perancis yang tergabung dalam Fidesco, yaitu organisasi yang bermarkas di
Prancis dengan tujuan membantu Gereja-gereja dalam pengadaan tenaga ahli.
Paroki Bomomani mendapat dua tenaga dalam bidang peternakan dan pertanian,
yaitu dr Correian Mulla Matthieu dan dr Myriam Anne Claire yang bertugas selama
enam bulan pada 2012. Mereka digantikan oleh oleh Jean Babtiste Clement dan
Jerome Bourgue pada 2012-2013.
Selain
itu, ada Mitra Misi Domestik (MMD), yaitu kelompok umat yang mendukung karya
Misionaris KAJ di Bomomani. Awalnya kelompok awam ini memiliki perhatian pada
karya para imam yang bertugas di pelosok Papua, khususnya Bomomani. Mereka
membantu baik tenaga, pikiran, maupun materil untuk umat yang terpencil dan
miskin dari segala aspek. Saat ini anggota MMD ada di KAJ maupun di Keuskupan
Timika, khususnya Nabire.
Misonaris KAJ, dalam keterlibatannya selama satu dasawarsa, telah berjibaku mendampingi masyarakat Bomomani dalam menghadapi era peradaban modern. Empat pilar pelayanan yang di kembangkan, mencakup pelayanan kerohanian dengan sakramen, karya kesehatan, perekonomian, dan pendidikan.
Misonaris KAJ, dalam keterlibatannya selama satu dasawarsa, telah berjibaku mendampingi masyarakat Bomomani dalam menghadapi era peradaban modern. Empat pilar pelayanan yang di kembangkan, mencakup pelayanan kerohanian dengan sakramen, karya kesehatan, perekonomian, dan pendidikan.
Penulis mapiha Yoka
2 komentar
Semakin luar biasa kalian anak mapia.. Proud of you
Bolehkah ikut membantu pelayanan di sana, saya mempunyai pengalaman dalam ketrampilan praktek pertanian dan peternakan. Untuk penulis terima kasih sharingnya.
Posting Komentar